BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 02 Agustus 2011

Major VS Indie

Sulit memang, menentukan awal dari sebuah tulisan, memilih kata yang tepat, apalagi artikel ini sebagai comeback saya di blog. Awalnya saya berfikir bahwa selera musik di kalangan mayoritas di Indonesia kian berpindah kiblat, kalau dalam beberapa tahun kebelakang kebanyakan masih menikmati lagu – lagu dari Peterpan dan band – band lain sejenis, tapi belakangan ini, genre musik sedikit bergeser ke melayu, lirik yang itu – itu lagi, cinta, sakit hati, dan apalah itu yang membuat lirik lagu tersebut terasa monoton dan membosankan, saya jadi teringat akan satu lagu dari Efek Rumah Kaca, menyindir dengan tegas namun disamping itu menunjukkan karakter yang kuat bahwa selera musik mayor di Indonesia ini sedang terpuruk.

Kalau mau melihat secara luas, perkembangan musik di Indonesia saat ini sangatlah pesat, banyak new comer dari berbagai genre, menawarkan suatu warna yang berbeda bagi para pendengar, namun pada akhirnya ada yang tidak bisa bertahan dengan gencarnya arus musik di Indonesia, era industri kreatif mulai berkembang, pada akhirnya, selera musik berujung pada “pasar”. Memang masih banyak band yang setia dengan genre musiknya, bermusik hanya sebagai hobby, tak terlalu mempermasalahkan pasar, dan mereka mempunyai idealisme yang kuat untuk mengukuhkan eksistensi mereka.

Memang, selera pasar tak bisa dibendung, apalagi didukung penuh oleh media, maka bermunculanlah band – band baru yang mengusung genre musik sama demi bisa mendapatkan sesuap nasi, memang tak bisa disalahkan, karena memang pangsa pasar di Indonesia sangat besar, namun efek negatifnya bagi perkembangan musik mayor di Indonesia, bahwa pasar hanya menerima genre yang tak jauh berbeda, mendapat doktrin musik yang sama setiap hari, bergelut dengan lagu yang itu – itu lagi. Bandingkan dengan The S.I.G.I.T atau Burgerkill misalnya, 2 band dari genre yang berbeda namun nama mereka cukup dikenal di luar negeri.

Ironis memang, dengan menjamurnya berbagai band melayu saat ini, ditambah dengan pasar yang sangat antusias, membuat band yang bermental kuat dan terus mengeluarkan lagu baru lah yang bisa bertahan, mereka yang kurang bisa berinovasi akan terlupakan, lambat laun nama mereka terlupakan, karena sejatinya mereka bukablah band yang berasal dari kalangan komunitas, mereka tidak punya pendengar tetap, bertolak belakang dengan apa yang terjadi di kalangan pemusik indie, mengandalkan komunitas, karena mereka memang tergantung kepada komunitas, orang – orang yang akan selalu bersama mereka, karya mereka tak pernah padam, segi musikalitas yang menurut saya jauh lebih baik.

Sekarang kita ambil contoh, Mocca, band asal Kota Bandung yang baru saja menggelar last concert mereka, reputasi dan nama mereka rasanya sudah tak asing lagi, banyak fans yang menyayangkan vakum nya mereka, karya mereka tak bisa dipandang sebeleh mata, segi musikalitas yang bagus membuat kehadiran mereka selalu ditunggu oleh para fans, bandingkan dengan beberapa band melayu yang hilang begitu saja dari layer kaca, dari radio, dan media – media lain, siapa yang mengingatnya?

Mungkin karena musik genre melayu yang lebih easy listening dan cocok dengan pola kehidupan para penikmat musik mayoritas Indonesia, dengan pandangan yang berbeda dengan para pemusik independent, jor – joran album baru dengan “belilah yang asli, hapus pembajakan” maaf bukan saya mendukung pembajakan, tapi bandingkan dengan band indie dengan konsep mengeluarkan single mereka yang bisa di download secara gratis di internet, berusaha mengepakkan sayap menunjukkan eksistensi mereka dan itu cukup efektif, terbukti misalnya Bottlesmoker yang membagikan Album secara gratis bisa melakukan show di beberapa negara di Asia.

Saya harap semoga kedepanya major label lebih arif, lebih terbuka dengan genre lain di Indonesia. Siapa yang tidak tahu Superman Is Dead, band asal Pulau Dewata Bali ini pun sekarang merupakan salah satu band terkemuka Indonesia yang berasal dari Major Label, prestasi sudah mereka torehkan, salah satunya dengan keikutsertaan mereka dalam Warped Tour 2009, menjadi band ke-2 di Asia yang bisa menembus Warped Tour, sebuah pencapaian yang patut kita beri apresiasi, dan doa saya sekali lagi semoga kancah musik di Indonesia lebih terbuka lagi, agar dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan menghasilkan musisi - musisi handal di berbagai genre musik, televisi yang tidak hanya menampilkan musik yang itu - itu lagi, semoga.

0 komentar: